Rabu, 08 Mei 2019

distribusi tegangan pada konfigurasi panjang las gusset hollow


pada sambungan sejajar dengan ketebalan profil peraturan AISC/AWS membatasi maksimum adalah setebal profil, namum pada pertemuan dgn permukaan antara bidang profil dan pelat sambung (base material) peraturan tidak membatasinya, hanya memberikan catatan perlu ditinjau distribusi atau penyaluran tegangan serta effektifitas las (shear lag factors).
.


.

maksud dari catatan mengenai effektfitas diatas adalah jika tebal las terlalu berlebihan makan akan terjadi leleh pada bagian pertemuan profil penampang atau pelat sambung terlebih dahulu dibandingkan bagian las karena mutu las biasanya lebih tinggi 50% lebih.




(sumber: AWS D1.5, 2002)

.


(sumber: AISC, 2005)
.


.

ditinjau pelat gusset pada penampang profil hollow circular, diberikan gaya tarik sebesar 75% kapasitas leleh penampang, tumpuan adalah terjepit penuh.

.


.


.


.


.


.


.


.



.




konfigurasi kedua dengan ketebalan las separuhnya, panjang las menyesuaikan kebutuhan sesuai perhitungan.



.


.


.


.

.


.


.

berikut contoh lain pada profil hollow rectangle,

.


.


.


.


.

.

.


.


.

berikut saat ditentukan ketebalan las direduksi sebesar 30%, panjang las menyesuaikan hasil perhitungan kekuatan.
.


.


.


.


.


.


.


.



berikut contoh lain pada profil hollow square,


.

.





.


.


.


.


.

berikut saat ditentukan ketebalan las direduksi sebesar 30%, panjang las menyesuaikan hasil perhitungan kekuatan.
.

.


.


.


.


.


.


.


.



.

Kamis, 02 Mei 2019

distribusi tegangan pada sambungan baja welded splice

pada kondisi pelaksanaan (medium to large spans) akan ditemui konstruksi dengan panjang batang yg melebihi panjang standar produksi yaitu 12 meter, selain kondisi tesebut adalah untuk mereduksi material sisa (waste) maka diperlukan sambungan jenis welded splice jika dikerjakan di workshop atau sambungan bolt splice untuk perakitan di lapangan on site. sambungan jenis lain seperti bolted endplate kurang direkomendasikan karena pertimbangan penurunan kekakuan dan perilaku penyaluran tegangannya.

sebaiknya splice plate dibuat simetris kedua sisi untuk menghindari tegangan tambahan akibat eksentrisitas, namun keadaan tertentu cukup sulit diterapkan karena terkait pelaksanaan pekerjaan las yg satu atau beberapa jalur tidak terlihat atau terjangkau. untuk mengatasinya dibuat kombinasi dengan butt weld dimana sebelumnya ujung profil penampang dibuat coakan (coped). berikut model welded splice plate sederhana, dikenakan beban tarik dan diterapkan simetri model separuh. analisa linear elastis, meshing jenis tetrahedral quadratic dan diterapkan bonded contact/tie constraint antar pertemuan komponennya.

.


.


.


.


.


.


.


.


.

.



.


.

diatas adalah contoh sambungan jenis welded splice pada profil wide flanges (IWF). tumpuan jepit dengan beban terpusat, sambungan terletak pada 1/3 panjang elemen dari tumpuan. dikerjakan beban lareral sebanding dengan kapasitas momen plastis penampang. tahap pertama analisa jenis elastis linear, mengabaikan kontak dan tegangan residu awal. menggunakan elemen tetrahedral quadratic pada software FE/CCX.

.


.


.


.
terdapat distribusi tegangan yg sudah diatas tegangan leleh pada daerah transisi antara pelat sambung sisi flanges dengan profil penampang. 
.


.


.


.


.


.


berikut saat diterapkan beban tarik sebesar 75% kapasitas kondisi leleh,
.


.


.


.


.

keadaan hampir sama dengan sebelumnya (lentur sumbu kuat), ada tambahan leleh setempat pada daerah webs.

dibawah adalah contoh lain pada profil siku,


.



.


.


.


.


.


.


.


.



.



.


.


.


.

.

.


.

perlu dimodelkan filler weld antara celah profil tersebut, walau cukup kecil nilainya namun dapat mereduksi spot atau tegangan leleh titik terpusat daerah transisi.

Rabu, 24 April 2019

penyederhanaan bentuk profil baja UNP

jika melihat dari gambar ilustrasi profil UNP atau Channel standar JIS, terlihat adanya sloping pada flanges sebesar 5 derajat, selain itu sisi tepi terlihat radius mempunyai sudut yg tajam bertemu dengan sisi atas flanges seperti pada gambar "B"


.


.

namun saat digambarkan dengan akurasi tinggi program CAD menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai pada definisi ketebalan flanges "t2" setelah dicari ulang didapat bahwa yg memenuhi adalah seperti gambar "A" namun biasanya disederhanakan seperti gambar "D" akan dicari perbedaanya terhadap karakteristik penampang dengan program bantu FEM, lalu dibandingkan ulang dengan tabel stndar.



.


.



.


.

terlihat metode penyederhanaan dapat selisih sampai 10% lebih besar pada sumbu lemah penampang, lainnya yaitu pada hasil konstanta warping.