Selasa, 24 Januari 2017

permulaan simulasi struktur dgn OpenSees #2

melanjutkan sebelumnya, contoh penggunaan program OpenSees untuk rangka batang atau truss 2 Dimensi dengan perbedaan luas penampang elemen batang. secara model tentunya lebih sederhana, namun jika digunakan member end release akan lebih rumit walau jenis analisa hanya linear statis biasa. diperlukan adanya extra nodes dengan koordinat yg coincident atau doble nodes yg mana hal ini biasanya tidak diperkenankan pada program analisa struktur biasa berbasis grafis. diterapkan juga constraints DoF's adanya master dan slaved nodes.



.



hasil keluaran program analisa struktur lain (linear statis)  yg berbasis grafis, defleksi dan reaksi tumpuan.


.


.




Gaya aksial



.



penomoran node dan elemen sebagai acuan data masukan program OpenSees,



.



Data masukan,



.





hasil keluaran,


.


.




hasilnya sudah sesuai, jadi input data masukan saya sudah sama. output display pada elemen truss ditampilkan langsung nilai besaran gaya batang berikut notasi tanda negative (tekan/compression) dan positif (Tarik/tension)


.



file keluaran dalam format xml,



.


.


.



untuk menampilkan hasil gaya dalam elemen pada koordinat local members, diberikan perintah masukan berikut,


.


hasil file keluaran dlm format xml,



.




... need to be add,

  • using member end release for diagonal & vertical member only

  • chord member span loads

  • tension or compression  only truss members

  • another example for 3D truss for inelastic analysis and large deflection

  • 2D steel frames with semi rigid end connections

Minggu, 22 Januari 2017

permulaan simulasi struktur dgn OpenSees #1

sejenak sya teringat kembali ke belasan tahun yg lalu saat berjam-jam didepan komputer teman yg sya install SAP90 versi DOS. kapabilitas program tersebut masih linear (material&geometry) kalaupun ada yg advanced saat itu adalah analisa dinamis (Respose Spectrum & Time History) dan lainnya P-delta analisis. berbeda keadaannya dgn saat ini sya berhadapan dgn kotak hitam (black-box) nya OpenSees dari PEER karena kapabilitasnya yg sudah state of the art analisa nonlinear yg sudah banyak di benchmark dgn hasil test labs struktur di berbagai universitas di US dan negara lain.



.



kebiasaan sya pribadi adalah tahap modeling, running dan interprestasi hasil struktur dimulai dari yg sederhana. kompleksitas model saya lakukan secara bertahap, ini tujuannya agar masih dalam perkiraan atau ekspektasi sdiri dulu. missal pada model sebelum 3D kompleks sya buat penyederhanaan 2D dulu dgn merujuk pustaka textbook yg sdah ada jawababnya. lainnya mengenai beban gempa sebelum analisa dinamis (RS/TH) sya akan menganalisa dulu dgn static ELF. mengenai material dan geometry sebelum nonlinear sya tempuh liniear terlebih dahulu.



.
(sumber: McKenna, 2012)

Dibalik kotak hitam OpenSees yg sgt sederhana tsb menyimpan banyak sekali kerumitan karena kapasitasnya yg ditujukan untuk analisa nonlinear (1D fiber beam, 2D plate/shell & 3D Solid brick element) static dan dynamic analyis. setting solver saja ada banyak strategi algorithma untuk mencapai konvergensi atau kalaupun tidak masih dalam batas reliable (?). Sebenarnya kalo hanya sekedar kenal dan tahu serta sekilas mempelajari dokumentasi dan contohnya itu sudah lama juga.. jaman sya masih di kampus sudah ada OpenSees, namun karena program SAP baru mengeluarkan versi windows maka saya monomer-duakannya, selain alasan tersebut sya saat itu berorientasi sebagai perencana (engineer) bukan peneliti (researcher) walau belakangan sya tahu itu tidak terlalu berbeda jauh untuk suatu kondisi. seperti pepatah yg saya dapat, "mata kail & ikan: yg memiliki, menggunakan dan memberi."

Ditinjau portal sederhana berikut, awal adalah jenis analisa yg masih linear. Material beton bertulang dengan dimensi balok (30x50cm) dan kolom (40x40cm).



.


hasil output diagram dari program analisa struktur,


.


.




defleksi dan reaksi tumpuan

2017-01-23-02_44_27

bending moment diagram, M (kN-m)

2017-01-23-03_18_28



shear force diagram, V (kN)




axial force diagram, P (kN)

Pada program analisa struktur berbasis grafis (Graphical User Interface) biasanya penomeran joint dan elemen tidak perlu diperhatikan karena sudah ditentukan otomatis oleh program. Berbeda dgn OpenSees yg berbasis teks (Text User Interface) hal tersebut perlu ditentukan manual oleh user kecuali lainnya menggunakan pre-post processor yg sudah dapat mengkonversi file dari program lain seperti SAP atau Dxf. Berikut penomoran yg sdh ditentukan oleh program sebelumnya dan dibuat acuan data masukan program OpenSees,



.

data masukan text sebagai berikut dalam format *.tcl, sebenarnya dapat dibuat parametric karena input adalah dalam bahasa scripting Tcl buatan awal dari universitas Berkeley,  misal pada elemen cukup ditentukan dimensi penampang saja dan setting rumus properties atau lainnya modulus elastisitas dgn data masukan mutu beton saja. namun kali ini sya tidak tempuh parametric tsb untuk tujuan kejelasan sehingga tidak rumit tampilannya.



.



Keluaran program saat dilakukan running,



.




terlihat hasil OpenSees sudah sesuai dgn ekspektasi sebelumnnya dgn program analisa struktur linear lain berbasis grafis yg dapat diartikan data input sya buat sudah sama. pada hasil keluaran tsb yg perlu diperhatikan adalah tanda positif dan negative yg mana ini berdasarkan orientasi elemen pada penentuan node ujung satu (i) dengan ujung lainnya (j).

untuk menampilkan hasil keluaran perletakan perlu ditambahkan perintah berikut,


.



akan menyimpan file keluaran tsb pada folder yg sama dgn data masukan, hasilnya dapat dibuka dengan text editor/viewer.


.


.


.





hanya ditampilkan baris angka tanpa keterangan pemisah apalagi satuan :) hal ini memang sesuai bahwa program hanya tool tergantung bagaimana user menentukan. jika diperhatikan urutan node output (ID's & DoF's) sesuai yg diperintahkan pada command input, untuk element nodal end forces urutannya adalah Gaya geser (V), aksial (P) dan momen (M) pada elemen 1(i,j) 2(i,j) dan 3(i,j)

diberikan perintah untuk hasil keluaran yg lebih lengkap dgn format xml,



.



.



.


.



untuk menampilkan hasil gaya dalam elemen pada koordinat local members, diberikan perintah masukan berikut,


.


hasil keluaran dlm format xml,



.


untuk memasukan pengaruh deformasi geser perlu menggunakan Elastic Timoshenko Beam Column Element dengan menggunakan perintah berikut,


.



hasil keluaran setelah running ulang,



.



hasil nilai besaran dan urutan keluaran tampilan gaya ujung elemen agak berbeda dgn sebelumnya yaitu: Gaya geser (V), aksial (P) dan momen (M). kelebihan lainnya adalah keluaran gaya reaksi tumpuan yg sudah ditampilkan langsung.

mencoba menampilkan hasil secara grafis dgn perintah berikut, namun gagal hanya flicker sesaat lalu windows tertutup lagi. mungkin feature ini sudah dihapus pada versi terbaru (?)



.



mencoba dgn program lain yaitu OpenSees IDE dari McKenna (2016) namun hanya ditampilkan konfigurasi node dan elemen saja,



.


gaya dalam yg didapat dari program OpenSees hanya pada end joint members, perlu postprocessing dgn prinsip analisa statika atau numerik metode matriks hubungannya dgn member end forces dan beban elemen. hal tersebut untuk mengetahi distribusi gaya dalam elemen sepanjang bentang. cara lain adalah dgn memecah elemen tsb (meshing) namun kurang effektif hanya menambah jumlah nodes yg konsekuensinya adalah persamaan dan waktu penyelesaian solver.



... need to be add,

  • output display for deformed shapes etc (?)

  • point load at specific length of members

  • member intersection, rigid zone offset

  • 2D truss analysis and beam/column with member end release using extra nodes and constraint

  • 2D steel frames with semi-rigid end connection

  • mass definition and modal analysis

  • P-delta analysis for both global and local effect

  • elastic analysis of simple 2D multi storey and multi bays building with load combinations (gravity & lateral), design requirement for RC beams and column

  • nonlinear analysis (static Pushover & dynamic Time History) using beam/column fiber element with reinforcement previously defined.

  • redesign and review using steel & composite design of members.





Selasa, 17 Januari 2017

waktu getar gedung peraturan gempa Indonesia

Waktu getar gedung (Building Periods) adalah suatu hal yg sangat penting dalam analisa beban gempa karena menentukan langsung besarnya beban gempa rencana (Seismic Base Shear). Melihat rumusan dasar, waktu getar dipengaruhi oleh kekakuan dan massa. Jika berat atau massa suatu sistem adalah tetap, maka waktu getar akan lebih singkat/pendek pada struktur dgn kekakuan besar. Hal tersebut menjadikan struktur yg kaku akan menerima beban gempa yg besar, namun kondisi mendekati sangat kaku tidak demikian keadaannya (?) seberapa kaku. Sebaliknya struktur yg kurang kaku atau fleksibel hanya akan menerima beban gempa yg lebih kecil. Peraturan gempa membatasi struktur yg terlalu fleksibel dgn alasan diantaranya pengaruh P-delta, namun ada pertanyaan lain bagaimana jika pengaruh tersebut juga sudah ditinjau (?) seberapa fleksibel.



.


(sumber: PUSKIM, 2011)

Peraturan gempa Indonesia (PPKGURG/SNI  1726) mengalami perubahan dan perbaikan dari tahun ke tahun (1987, 2002 dan 2012). Pada saat peraturan gempa PPKGURG-1987, diberikan rumusan empiris untuk pendekatan waktu getar tersebut, berbeda dgn peraturan tahun berikutnya SNI 1726-2002 menggunakan rumus Rayleigh yg mana ini tidak berbeda jauh dgn analisa ragam getar (modal analysis) dgn kekakuan non struktural dinding pengisi diabaikan. hal tersebut yg mendasari sya tidak menggunakannya, namun merujuk pada pustaka Goel & Chopra (1997) yg lebih bisa sya terima kerena berdasarkan hasil uji eksperimental sejak saat itu.



.


.



(sumber: Goel & Chopra, 1997)

Tahun belakangan ada penelitian lain mengenai rumusan empiris dari Goel & Chopra terhadap hasil uji eksperimental gedung beton bertulang di negara Canada, hasilnya menunjukan adanya selisih dan menunjukan rumusan tersebut over-estimated (?)



.


.
(sumber: Kuthyn et al, 2012)

belakangan di negara Eropa juga banyak dilakukan peneilitan uji experimental mengenai rumusan pendekatan waktu getar gedung, hasilnya ditunjukkan berikut.



.
(sumber: Mucciarelli et al, 2014)

Terlihat cukup berbeda signifikan plot akumulasi titiknya, apakah ini mungkin disebabkan kondisi portal gedung yg sudah cracked section (damage) dengan yg masih sedikit crack (undamaged), perlu studi pustaka lebih lanjut (?)

Tahun sebelumnya hasil penelitian di negara Iran dan Jepang, sebagai berikut



.
Steel Buildings test data


.

RC Building test data

(Sumber: Jalali et al, 2005)

Tahun kemarin hasil penilitian di negara Arab Saudi,


.
RC Frames Building

(sumber: Fayed et al, 2015)



Hal lain yg menjadi pertanyaan adalah mengenai kekakuan lateral penahan beban gempa, secara logika scenario, gedung baru yg belum terkena beban gempa hanya akan sedikit mengalami retak akibat beban gravitasi sehingga kekakuannya akan cukup besar.  Namun peraturan gempa menetapkan reduksi sebesar 30% pada kolom dan 65% pada balok dgn lebar efektif. Belum lagi kontribusi kekakuan lateral akibat adanya dinding pengisi, melihat berbagai rujukan (diagonal compression strut) menjadikan cukup signifikan banyak perbedaan nilai hasilnya. bahkan kondisi tertentu menjadikan perilaku kurang baik saat dinding pengisi dipasang sebagian tinggi lantai dan juga tidak merata setiap bentang ada. Pengabaian adanya dinding pengisi tentunya akan menjadikan beban gempa rencana yg lebih kecil karena penurunan nilai kekakuannya. Namun disisi lain ada kekurangan saat menggunakan nilai reduksi cracked section yg kecil dan model adanya dinding pengisi yang akan menjadikan distribusi gaya dalam terutama kolom akan lebih kecil saat dilakukan analisa orde kedua (second order analysis) kerena merupakan fungsi dari defleksi lateral. Keadaan lain setelah beban gempa bekerja adalah penurunan kekakuan dari dinding pengisi non structural karena terjadi diagonal cracking dan crushing pada sudut petemuan kolom dgn balok, dimana dalam keadaan tersebut pengaruh P-delta akan meningkat. Perilakunya cukup rumit dan untuk mempelajarinya perlu simulasi dgn analisa program nonlinear (geometry & material) bahkan tahap damage (lose stiffness & strength) namun perlu di benchmark dulu sebelumnya dgn hasil test labs.

Berikut adalah contoh sederhana mengenai perbedaan rumus nilai waktu getar gedung menurut peraturan gempa Indonesia dgn analisa ragam getar (modal analysis) program bantu SAP2000. Pada analisa berikut beban merata dinding dianggap tidak ada, sehingga hasil waktu getar akan lebih kecil. Penampang yg digunakan diberikan reduksi nilai effektif  kondisi retak.

Struktur Portal Beton Bertulang,



.


.


.






Struktur Portal Baja,


.

.


.




Terlihat hasil dari modal analysis diatas menunjukan nilai waktu getar yg 1.9 kali lebih besar dari rumusan empiris pada struktur portal beton dan sampai 2.5 kali lebih besar pada struktur portal baja. cukup besar perbedaannya, hal ini disebabkan karena dimensi penampang pada model analisa yg masih dalam tahap preliminary design dan hal lainnya yg cukup besar kontribusinya adalah kekakuan nonstructural (dinding pengisi, tangga, dll) pada rumus pendekatan (Goel & Chopra) berdasarkan data uji.

Data uji periode getar bangunan kelihatannya masih krang jelas, belum disampaikannya kondisi bangunan seperti initial crack element structural, konfigurasi denah tinjauan elemen non-structural, distribusi dan besarnya massa yg bekerja aktual terutama dari massa akibat beban hidup.

Ada yg perlu dipertanyakan, mengapa pada perturan gempa tahun sebelumnya (1987 dan 2002) menjadikan acuan adalah rumus Rayleigh? bukan rumusnya yg tidak reliable namun jelas disitu adanya fungsi kekakuan struktur yg mana ini biasanya mengabaikan nonstructural (dinding pengisi, tangga, etc). maksudnya jika ada seorang perencana yg menghitung waktu getar dgn rumus Rayleigh hasilnya dapat berbeda dgn  perencana lain karena representasi kekakuan tsb,apalagi dibandingkan dgn sya yg bakalan masukin pengaruh nonstruktural ke model.

Lampiran,



.





Terlihat peraturan gempa Indonesia terbaru saat ini (SNI 1726-2012) hasilnya sama persis dengan rumusan pendekatan dari Goel & Chopra (1997) yang mana hal tersebut sudah ditunjukan oleh peneliti lain diatas masuk kondisi over-estimated (?), kemungkinan karena alasan tersebut yg akan menjadikan sya untuk tidak menggunakannya lagi di kemudian waktu sya merencanakan gedung. Perlu ditekankan suatu peraturan/code atau standard adalah hanya ketentuan minimum yg perlu dipenuhi, jadi seorang perencana qualified perlu melakukan judgment perubahan jika sudah ada banyak penilitian yg menunjukkan tidak aman, ingat pesan singkat dari expert team penyusun codes luar, ... the codes may change every year periodically. don't be truthfully and blindly to follow the codes, physical nature is the law.  sdah agak lupa persisnya dan siapanya karena sdh lama bgt :)

maksudnya jgn terlalu yakin aman kalo sudah mengikuti sebuah code atau menggunakan software desain canggih, seperti yg ditunjukkan rumus perhitungan waktu getar gedung metode Rayleigh dan Modal analysis dapat over-estimated karena mengabaikan kontribusi kekakuan non-structural sehingga menjadikan beban gempa akan kecil.



... need to be add,

  • modal analysis based on final design of section properties.

  • performance design comparison for simple two-dimensional RC building with code based on PPKGURG-1987/SNI T-15-1991-03 vs SNI 1726-2002/SNI 03-2847-2002 and SNI 1726-2012/SNI 2847:2013

  • effect of additional masonry infill loads and stiffness (diagonal compression strut), references study for seeking of limitation.

  • reviewing of empirical formula based experiment of building period test.

  • modal analysis including effect of compression stress softening