keterbatasan ruang dan equipment pada laboratorium struktur beton bertulang menjadikan benda uji yg biasanya akan di skala lebih kecil dari aktualnya, tentunya berbeda dgn labs virtual dgn simulasi numeric FE nonlinear yg tanpa batas dapat bebas sesuai keinginan seorang analyst, yg membatasinya hanya resource computer.
sebenarnya hal tersebut sudah lama disampaikan oleh Kani (1967) yg mempertanyakan keterbatasan benda uji yg kecil dibandingkan dgn actual dilaksanakan dilapangan, seberapa perbedaan angka amannya?
ditinjau balok yg diteliti oleh Collins et al (2015) diatas, dari rasio dimensi dan jarak beban terlihat seperti balok biasa. gaya geser terbesar adalah sisi tumpuan kiri, sedangkan yg tumpuan kanan lebih kecil sehingga secara teoritis tsb kegagalan geser akan terjadi di sisi pendek (kiri) jika dipasang tulangan geser merata sepanjang bentang. namun setelah diperhatikan ulang dimensi dan konfigurasi beban dan tumpuan masuk mendekati kategori balok tinggi (deep beams).
kapasitas geser beton biasanya dihitung dgn rumus pendekatan dari peraturan beton seperti ACI318 namun sya tertarik, mengapa saat diuji kegagalan beban ultimit jauh lebih rendah (diff~47%). pola retak dominasi berada pada sisi panjang bagian kanan seperti yg diperlihatkan berikut, apakah hal tersebut sudah sesuai karena penempatan tulangan geser hanya pada sisi pendek bagian kiri (?) walau hanya minimum.
sya berusaha mereproduksi ulang masalah diatas dgn input masukan pada program analisa penampang beton Universitas Toronto, data masukan dan hasilnya sebagai berikut:
walau pola retak dan besarnya lendutan berbeda namun kapasitas beban ultimit terlihat hasilnya lebih mendekati aktual dgn selisih hanya ~9% lebih besar, berbeda halnya dgn peraturan beton yg over-estimated sampai ~47% lebih besar yg kemungkinan dapat membahayakan.
pola retak dgn dominasi kegagalan yg sesuai aktual yaitu berada di sisi kanan tumpuan serta akurasi lendutan yg terjadi hanya dapat diprediksi dengan analisa FE nonlinear seperti oleh Cervenka (ATENA 3D)
observasi dengan diterapkannya shear studs sepanjang bentang,
observasis lain dgn dipasang shear studs pada sisi kanan balok,
lainnya observasi dgn tanpa adanya shear studs,
review awal FE linear elastis untuk mengetahui distribusi tegangannya pada setinggi balok,
dari grafik distribusi tegangan lentur setinggi balok menunjukan masih cukup linear dgn artian daerah tersebut tidak masuk dalam daerah tegangan tidak kontinu atau daerah terganggu/acak (disturbed regions) walau tidak linear sempurna.
mesh masih manual terlihat mesh quality skew berlebihan daerah tumpuan luar, walau ini terlihat tidak masalah karena diluar area yg sdg ditinjau namun tetap mungkin perlu meshing yg otomatis unstructured quads untuk keseragaman.
... to be add
review berdasarkan metode perhitungan kekuatan balok tinggi Strut & Tie Methods (STM) dan 2D/3D nonlinear FEA
(sumber: Collins et al, 2015)
sebenarnya hal tersebut sudah lama disampaikan oleh Kani (1967) yg mempertanyakan keterbatasan benda uji yg kecil dibandingkan dgn actual dilaksanakan dilapangan, seberapa perbedaan angka amannya?
ditinjau balok yg diteliti oleh Collins et al (2015) diatas, dari rasio dimensi dan jarak beban terlihat seperti balok biasa. gaya geser terbesar adalah sisi tumpuan kiri, sedangkan yg tumpuan kanan lebih kecil sehingga secara teoritis tsb kegagalan geser akan terjadi di sisi pendek (kiri) jika dipasang tulangan geser merata sepanjang bentang. namun setelah diperhatikan ulang dimensi dan konfigurasi beban dan tumpuan masuk mendekati kategori balok tinggi (deep beams).
kapasitas geser beton biasanya dihitung dgn rumus pendekatan dari peraturan beton seperti ACI318 namun sya tertarik, mengapa saat diuji kegagalan beban ultimit jauh lebih rendah (diff~47%). pola retak dominasi berada pada sisi panjang bagian kanan seperti yg diperlihatkan berikut, apakah hal tersebut sudah sesuai karena penempatan tulangan geser hanya pada sisi pendek bagian kiri (?) walau hanya minimum.
walau pola retak dan besarnya lendutan berbeda namun kapasitas beban ultimit terlihat hasilnya lebih mendekati aktual dgn selisih hanya ~9% lebih besar, berbeda halnya dgn peraturan beton yg over-estimated sampai ~47% lebih besar yg kemungkinan dapat membahayakan.
pola retak dgn dominasi kegagalan yg sesuai aktual yaitu berada di sisi kanan tumpuan serta akurasi lendutan yg terjadi hanya dapat diprediksi dengan analisa FE nonlinear seperti oleh Cervenka (ATENA 3D)
observasi dengan diterapkannya shear studs sepanjang bentang,
observasis lain dgn dipasang shear studs pada sisi kanan balok,
lainnya observasi dgn tanpa adanya shear studs,
review awal FE linear elastis untuk mengetahui distribusi tegangannya pada setinggi balok,
dari grafik distribusi tegangan lentur setinggi balok menunjukan masih cukup linear dgn artian daerah tersebut tidak masuk dalam daerah tegangan tidak kontinu atau daerah terganggu/acak (disturbed regions) walau tidak linear sempurna.
mesh masih manual terlihat mesh quality skew berlebihan daerah tumpuan luar, walau ini terlihat tidak masalah karena diluar area yg sdg ditinjau namun tetap mungkin perlu meshing yg otomatis unstructured quads untuk keseragaman.
... to be add
review berdasarkan metode perhitungan kekuatan balok tinggi Strut & Tie Methods (STM) dan 2D/3D nonlinear FEA