.
.
kondisi ideal biasanya agak sulit diterapkan secara langsung pada bidang permukaan element solid, namun dengan adanya feature rigid body akan dapat mempermudah. Kekangan translasi dan rotasi diterapkan pada master nodes sehingga slave nodes akan mengikuti berdasarkan kompatibilitas acuan node tersebut. Walau demikian penggunaan feature tersebut tetap dapat memberikan kekangan berlebih untuk komponen yg sngat pendek (stocky), untuk itu masih juga diberikan feature lain yaitu coupling constraint.
.
.
berikut kondisi (d) yaitu tumpuan kedua ujung adalah sendi, nilai K=1.0 dan rasio kelangsingan adalah ~200, terlihat hasilnya sudah cukup mendekati dengan perhitungan tangan.
.
.
.
.
perhitungan tekuk Euler diatas hanya berlaku untuk kolom panjang dengan asumsi terjadinya tekuk pada arah subu lemah dan sumbu kuat, sedangkan FEA dengan elemen solid dan analisa eigenbuckling dapat juga memperhitungkan tekuk lokal dan juga kondisi kolom pendek. Jenis analisa tersebut walau sudah lebih baik namun masih mempunyai keterbatasan yaitu asumsi bahan masih elastis. Analisa tekuk nonlinear dengan memperhitungkan plastisitas material beserta deformasi besar diketahui dapat jauh lebih baik dalam memprediksi, ketepatan terlihat lebih ditentukan oleh modelisasi ketidak sempurnaan geometri dan tegangan residu awal.
.
kondisi (a) jepit-jepit, Nilai K=0.5, hasil Pcr=188.0kN
.
kondisi (b) jepit-sendi, Nilai K=0.7, hasil Pcr=134.31kN
.
kondisi (c) jepit-bebas, Nilai K=1.0, hasil Pcr=94.02kN
.
kondisi (e) jepit-bebas, Nilai K=2.0, hasil Pcr=47.01kN
.
kondisi (f) sendi-bebas, Nilai K=2.0, hasil Pcr=47.01kN
.
terlihat hasil analisa pada model dengan nilai kelangsingan kolom K tidaksama dengan 1.0 maka akan menunjukkan perbedaan, perlu perubahan panjang kolom pada model FE untuk kesesuaian agar termasuk kategori kolom langsing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar